Dunia tak lagi dapat memompa semangatku.
Bahkan aku sudah semakin muak dengan keadaan seperti ini.
Berlomba, terus, dan terus berlomba.
Seolah aku harus menjadi salah satu atlet dalam perlombaan ini.
Kau tau, disaat orang-orang termotivasi bergerak maju di arena perlombaan ini.
Aku malah duduk santai tertawa ria dengan berbagai hayalan yang tak nyata.
Yah, barangkali itulah yang membuatku jemu terhadap perlombaan ini.
Aku lebih menikmati duduk sendiri bersama segelas kopi.

Bukan acuh tak acuh, sejak aku berteman dengan segelas kopi, aku menjadi pendiam karena dia tak berbicara sama sekali padaku.
Aku menjadi kaku, tak dapat membuat orang banyak senang padaku.
Tapi, bukan itu yang kusesali.
Yang kusesali, kenapa orang lain hanya butuh mereka yang dapat menyenangkan hatinya.
Sedang aku, aku mulai bosan menyenangkan hati orang lain, sedang hatiku terpuruk oleh kekhawatiran tentang pengabdianku.
Jujur, aku takut, di ujung nanti aku bukan termasuk hambaNya yang taat.
Bahkan aku sudah semakin muak dengan keadaan seperti ini.
Berlomba, terus, dan terus berlomba.
Seolah aku harus menjadi salah satu atlet dalam perlombaan ini.
Kau tau, disaat orang-orang termotivasi bergerak maju di arena perlombaan ini.
Aku malah duduk santai tertawa ria dengan berbagai hayalan yang tak nyata.
Yah, barangkali itulah yang membuatku jemu terhadap perlombaan ini.
Aku lebih menikmati duduk sendiri bersama segelas kopi.

Bukan acuh tak acuh, sejak aku berteman dengan segelas kopi, aku menjadi pendiam karena dia tak berbicara sama sekali padaku.
Aku menjadi kaku, tak dapat membuat orang banyak senang padaku.
Tapi, bukan itu yang kusesali.
Yang kusesali, kenapa orang lain hanya butuh mereka yang dapat menyenangkan hatinya.
Sedang aku, aku mulai bosan menyenangkan hati orang lain, sedang hatiku terpuruk oleh kekhawatiran tentang pengabdianku.
Jujur, aku takut, di ujung nanti aku bukan termasuk hambaNya yang taat.
Belum ada tanggapan untuk "Jenuh"
Post a Comment